Surat Pramoedya Ananta Toer kepada Goenawan Mohamad
saya
bukan nelson mandela
saya
tidak memerlukan basa-basi
gampang
amat gus dur minta maaf
dan
mengajak rekonsiliasi
dia
bicara atas nama siapa?
NU
atau Presiden?
kalau
NU, kenapa dia bicara sebagai presiden?
kalau
presiden, kenapa DPR dan MPR dilewatkan?
biarkan
DPR dan MPR yang bicara
tak
usah presiden
yang
saya inginkan adalah tegaknya hukum
dan
keadilan di Indonesia
penderitaan
kami adalah urusan negara
kenapa
DPR dan MPR diam saja?
saya
tidak mudah memaafkan orang
karena
sudah terlalu pahit menjadi orang Indonesia
basa-basi
baik saja
tapi
hanya basa-basi
selanjutnya
mau apa?
maukah
negara menggantikan kerugian
orang-orang
seperti saya?
minta
maaf saja tidak cukup
dirikan
dan tegakkan hukum
semuanya
mesti lewat hukum
harus
jadi keputusan DPR dan MPR
tidak
bisa begitu saja basa-basi minta maaf
ketika
saya dibebaskan dari Pulau Buru
saya
menerima surat keterangan
bahwa
saya tidak terlibat G30S/PKI
namun
setelah itu tidak ada tindakan apa-apa
saya
sudah kehilangan kepercayaan
saya
tidak percaya gus dur
saya
tidak percaya goenawan mohamad
kalian
ikut mendirikan rezim orde baru
saya
tidak percaya dengan semua elite politik Indonesia
tak
terkecuali intelektualnya
mereka
selama ini memilih diam
dan
menerima fasisme
mereka
ikut bertanggung jawab atas penderitaan
yang
saya alami
bertanggung
jawab atas pembunuhan-pembunuhan orba
dalam
hitungan hari, minggu, atau bulan
mungkin
saya akan mati
karena
penyempitan pembuluh darah jantung
basa-basi
tak lagi menghibur saya
Citayam,
27 Oktober 2009
Asep
Sambodja
Catatan:
Surat Pramoedya ini ditulis sebagai jawaban atas tulisan Goenawan Mohamad,
“Surat Terbuka untuk Pramoedya Ananta Toer” yang dimuat di Majalah Tempo 3-9
April 2000, dan dimuat ulang dalam buku Setelah Revolusi Tak Ada Lagi (2004).
Harian Kompas, 15 Maret 2000 menulis, “Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
menyatakan, sejak dulu, ketika masih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (NU), dirinya sudah meminta maaf terhadap para korban Gerakan
30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).”
Comments
Post a Comment